PERKENALANKU DENGAN SEBUAH HATI

Ku ceritakan padamu isi hatiku, Kakak. Tentang perkenalanku dengan sebuah hati. Hati yang dulu ku tahu lembut dan sabar.
Hati yang dulu ku tahu santun dan penyayang. Aku tahu hati itu masih. Aku tahu hati itu hidup. Aku tahu hati itu bahagia.
Aku bilang tidak karena ku tahu terlalu cepat. Tapi hati itu membawa hatiku. Aku tahu hatiku hati wanita.
Hati yang difitrahkn penuh emosi dan prasaan. Hati yang sulit dkontrol saat prasaan mendominasi. Aku tak heran jika hati itu bertanya.
Mempertanyakan tentang kewarasan hatiku. Aku tahu pikiranku berjalan. Aku tahu mana yang benar. Tapi hatiku seakan punya pikiran.
Dan hatiku sulit dikendalikan. Dikendalikan saat perasaan mendominasi. Ku rasa akal pun sulit menentangnya.
Jika Rosul pun bersabda wanita kurang akalnya. Aku tahu aku pernah merasakannya. Aku tahu itu ada benarnya.
Tak berarti aku tak punya akal. Tak berarti wanita tak punya otak. Pernahkah kau melihat otak seekor semut?
Jika tidak, pernahkah kau berpikir bagaimana cara mereka berpikir? Berpikir untuk saling bahu-membahu misalnya?
Aku tahu kau pun bertanya, lantas apa hubungannya? Ku jawab, tidak ada. Pernah ku cari hati itu kemana pun sudut berada.
Ku tanyakan pada hati-hati lain yang mengenali hati itu. Mereka tahu jawabannya. Mereka bertanya, hati ini hati siapa?
Ku jawab, hati-hati itu tak perlu tahu, siapa hatiku ini. Ku tahu sia-sia. Tapi hatiku menginginkannya.
Hatiku inginkan aku terus mencoba. Sampai hatiku lelah dan menyerah. Namun ku tahu, menyerah bukanlah sifat dari hatiku.
Ku ceritakan padamu isi hatiku, Kakak. Tentang perkenalanku dengan sebuah hati. Pernah ku cari hati itu di air sumur yang bening.
Namun tak kunjung aku temukan. Pernah ku cari hati itu di air susu yang manis. Namun tak kunjung pula ku temukan.
Pernah ku cari pula hati itu di air kopi yang pahit. Tak kunjung lalu ku temukan.
Pernah sampai hati, ku cari hati itu di air comberan yang keruh dan kotor. Ku tahu tak akan mungkin lalu aku temukan.
Ku cari lagi hati itu, Kakak. Akhirnya ku tahu hati itu di mana. Ku dengar kabar hati itu. Dari hati lain yang mengenalinya.
Hati itu kini berada di tengah lautan. Di air laut yang asin dan teramat luas. Hati itu menuju arah dan tujuan peraduannya.
Ku harap hati itu baik-baik saja dan dalam lindungan-Nya. Ku tahu hati itu hati yang baik. Hati yang dulu ku tahu lembut dan sabar.
Hati yang dulu ku tahu santun dan penyayang. Ku harap hati itu bahagia. Ku harap hati itu baik-baik saja.

Oleh: MEA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA STOP/ UNREG SEMUA LAYANAN PENYEDOT PULSA INDOSAT (IM3 DAN MENTARI)

Its Desember on 2018

CARA GABUNG MENJADI MEMBER, DISTRIBUTOR, ATAU AGEN RESMI PT NATURAL NUSANTARA (NASA)